TEORI KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan dipandang sangat penting
karena dua hal: pertama, adanya kenyataan bahwa penggantian pemimpin
seringkali mengubah kinerja suatu unit, instansi atau organisasi; kedua,
hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa salah satu faktor internal yang mempengaruhi
keberhasilan organisasi adalah kepemimpinan, mencakup proses
kepemimpinan pada setiap jenjang organisasi, kompetensi dan tindakan
pemimpin yang bersangkutan (Yukl, 1989). Kenyataan dan/atau gagasan,
serta hasil penelitian tersebut tak dapat dibantah kebenarannya. Semua
pihak maklum adanya, sehingga muncul jargon “ganti pimpinan, ganti
kebijakan”, bahkan sampai hal-hal teknis seperti ganti tata ruang
kantor, ganti kursi, atau ganti warna dinding. Demikianlah, kepemimpinan
itu merupakan fenomena yang kompleks sehingga selalu menarik untuk
dikaji.
Dalam berbagai literatur, kepemimpinan
dapat dikaji dari tiga sudut pandang, yakni: (1) pendekatan sifat, atau
karakteristik bawaan lahir, atau traits approach; (2) pendekatan gaya atau tindakan dalam memimpin, atau style approach; dan (3) pendekatan kontingensi atau contingency approach.
Pada perkembangan selanjutnya, fokus kajian lebih banyak pada cara-cara
menjadi pemimpin yang efektif, termasuk dengan mengembangkan kesadaran
tentang kapasitas spiritual untuk menjadi pemimpin profesional dan
bermoral.
Konsep kepemimpinan merupakan komponen
fundamental di dalam menganalisis proses dan dinamika di dalam
organisasi. Untuk itu banyak kajian dan diskusi yang membahas definisi
kepemimpinan yang justru membingungkan. Menurut Katz dan Kahn (dalam
Watkin, 1992) berbagai definisi kepemimpinan pada dasarnya dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok besar yakni “sebagai atribut atau
kelengkapan dari suatu kedudukan, sebagai karakteristik seseorang, dan
sebagai kategori perilaku”.
Pengertian kepemimpinan sebagai atribut
atau kelengkapan suatu kedudukan, diantaranya dikemukakan oleh Janda
(dalam Yukl, 1989) sebagai berikut.
“Leadership is a particular type of
power relationship characterized by a group member’s perception that
another group member has the right to prescribe behavior patterns for
the former regarding his activity as a group member”. (Kepemimpinan
adalah jenis khusus hubungan kekuasaan yang ditentukan oleh anggapan
para anggota kelompok bahwa seorang dari anggota kelompok itu memiliki
kekuasaan untuk menentukan pola perilaku terkait dengan aktivitasnya
sebagai anggota kelompok, pen.).
Selanjutnya contoh pengertian
kepemimpinan sebagai karakteristik seseorang, terutama dikaitkan dengan
sebutan pemimpin, seperti dikemukakan oleh Gibson, Ivancevich, dan
Donnelly (2000) bahwa “Leaders are agents of change, persons whose act affect other people more than other people’s acts affect them”, atau pemimpin merupakan agen perubahan, orang yang bertindak mempengaruhi orang lain lebih dari orang lain mempengaruhi dirinya.
Adapun contoh pengertian kepemimpinan sebagai perilaku dikemukakan oleh Sweeney dan McFarlin (2002) yakni: “Leadership
involves a set of interpersonal influence processes. The processes are
aimed at motivating sub-ordinates, creating a vision for the future, and
developing strategies for achieving goals”, yang dapat diartikan
bahwa kepemimpinan melibatkan seperangkat proses pengaruh antar orang.
Proses tersebut bertujuan memotivasi bawahan, menciptakan visi masa
depan, dan mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan.
Sehubungan dengan ketiga kategori
pengertian di atas, Watkins (1992) mengemukakan bahwa “kepemimpinan
berkaitan dengan anggota yang memiliki kekhasan dari suatu kelompok yang
dapat dibedakan secara positif dari anggota lainnya baik dalam
perilaku, karakteristik pribadi, pemikiran, atau struktur kelompok”.
Pengertian ini tampak berusaha memadukan ketiga kategori pemikiran
secara komprehensif karena dalam definisi kepemimpinan tersebut tercakup
karakteristik pribadi, perilaku, dan kedudukan seseorang dalam suatu
kelompok. Berdasarkan pengertian tersebut maka teori kepemimpinan pada
dasarnya merupakan kajian tentang individu yang memiliki karakteristik
fisik, mental, dan kedudukan yang dipandang lebih daripada individu lain
dalam suatu kelompok sehingga individu yang bersangkutan dapat
mempengaruhi individu lain dalam kelompok tersebut untuk bertindak ke
arah pencapaian suatu tujuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar