05" Sering Terpapar Asap Diesel, Ini Risiko yang Dihadapi Pekerja Tambang
Sering Terpapar Asap Diesel, Ini Risiko yang Dihadapi Pekerja Tambang
Jakarta, Bekerja di pertambangan memang mengandung
banyak risiko, terutama karena sering berada di bawah tanah atau ruang
tertutup. Belum lagi dari asap pembuangan mesin yang dipergunakan di
tambang. Salah satu yang sedang menjadi sorotan di Australia
adalah paparan mesin berbahan bakar diesel pada pekerja tambang bawah
tanah. Studi terbaru dari University of Western Australia menyatakan,
pekerja tambang berisiko tinggi terkena kanker paru akibat paparan
pembuangan mesin ini. Dengan menggunakan data dari Department of
Mines and Petroleum dalam kurun tahun 2003-2015, peneliti berupaya
menghitung rata-rata paparan polusi yang dihadapi pekerja tambang di
berbagai situs di Australia Barat, kemudian memperkirakan jumlah kasus
kematian akibat kanker paru yang berkaitan dengan hal ini.
Untuk
saat ini, seorang pekerja tambang bawah tanah di Australia Barat
terpapar polusi dari mesin diesel sebanyak 44 mikrogram/meter kubik. Dan
bila dirata-rata, tingkat paparan pembuangan dari mesin diesel di
tambang Australia Barat masih di bawah standar, yaitu 59 mikrogram/meter
kubik selama 12 jam.
Sejauh ini Australian Institute for
Occupational Hygienists merekomendasikan agar paparan pembuangan mesin
diesel pada pekerja tambang hanya dibatasi maksimal 100 mikrogram/meter
kubik untuk 8 jam.
"Tetapi
karena jumlah kematian akibat kanker paru yang dikaitkan dengan kondisi
ini belakangan semakin naik, maka kami merekomendasikan agar limit-nya
diturunkan," kata ketua tim peneliti, Dr Susan Peters kepada ABC Australia.
Misalnya
pada pekerja tambang di permukaan tanah, yang tingkat paparannya hanya
14 mikrogram/meter kubik, dapat diperkirakan terjadi 5,5 kasus kematian
akibat kanker paru dari 1.000 pekerja. Lantas apa kabar pekerja tambang
yang paparannya lebih banyak?
Lagipula rekomendasi batasan
paparan polusi di Australia rupanya masih terlalu tinggi untuk ukuran
global. Pada bulan Desember tahun lalu, Finnish Institute of
Occupational Health telah menurunkan batasan paparan untuk pekerja
tambang hanya 20 mikrogram/meter kubik. Mereka juga meminta agar
mesin-mesin berbahan bakar diesel diganti dengan mesin berdaya listrik
yang bebas emisi.
Begitu juga di sejumlah negara lain seperti AS
dan Jerman. Di Afrika Selatan, sudah banyak situs tambang yang berhenti
menggunakan mesin diesel.
Ironisnya, Cancer Coucil Australia
memperkirakan, 130 pekerja di Australia terserang kanker paru-paru
akibat asap pembuangan mesin diesel tiap tahunnya. Bahkan mesin diesel
diklaim sebagai penyebab kanker terbesar kedua di tempat kerja setelah
paparan sinar ultraviolet atau UV.
"Sayangnya, pemahaman
pengelola tambang terhadap bahaya mesin diesel masih terbilang sangat
rendah bila dibandingkan dengan agen pemicu kanker lainnya seperti
asbestos," ungkap Melissa Ledger dari Cancer Coucil.
Di
samping kanker paru, gangguan kesehatan lain yang menghantui para
pekerja tambang adalah pneumoconiosis atau lebih akrab disebut dengan
paru-paru hitam.
Seperti diberitakan detikHealth
sebelumnya, ketua umum Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi
Indonesia, dr Nusye E Zamsiar, MS, SpOk menyebut pekerja tambang batu
bara termasuk paling rentan terhadap penyakit ini.
Risiko
penyakit yang sama juga dialami para pekerja yang terpapar debu lainnya,
terutama silika. Debu silika banyak ditemukan di industri gerabah,
keramik, dan bangunan. Selain itu, debu serat pada industri kapas serta
debu asbestos juga berisiko memicu pneumokoniosis.
sumber https://health.detik.com/read/2016/11/22/100306/3351127/763/sering-terpapar-asap-diesel-ini-risiko-yang-dihadapi-pekerja-tambang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar