Minggu, 20 November 2016

MAKALAH MANAJEMEN SISTEM INFORMASI KEBENCANAAN: STUDI KASUS YOGYAKARTA TANGGAP CEPAT DALAM MENGELOLA INFORMASI BENCANA ERUPSI MERAPI WAWASAN IPTEK

MANAJEMEN SISTEM INFORMASI KEBENCANAAN: STUDI KASUS YOGYAKARTA TANGGAP CEPAT DALAM MENGELOLA INFORMASI BENCANA ERUPSI MERAPI
WAWASAN IPTEK
Dosen Pengajar :
Harvani Boky, SKM, M.Kes


Kelompok 2 Bidang Minat Kesehatan dan Keselamatan Kerja Semester 5

Lavenia Y. Masinambow 14111101067     Amelia A. Lukas 14111101145   
Lenny Ngelo 14111101073 Sumarty Masloman 14111101157   
Jessica J. Rantung 14111101076 Beatrix L. T. Tinggogoy 14111101166   
Ulean H. Bagas 14111101083 Indah J. Maniking 14111101181   
Susianti A. Tadete 14111101084 Christian S. Samade 14111101182   
Nikita S. P. Mandagi 14111101100 Sharon G. P. Kattang 14111101200   
Inri G. Wungow 14111101137 Oldy Dumanauw 14111101203   
Davis M. Iroth 14111101141 Junike Sorongan 14111101204  

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2016


KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang karena Kasih Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Manajemen Sistem Informasi Kebencanaan: Studi Kasus Yogyakarta Tanggap Cepat Dalam Mengelola Informasi Bencana Erupsi Merapi”. Adapun penyusunan makalah ini untuk menyelesaikan salah satu tugas Mata Kuliah Bidang Minat Kesehatan Dan Keselamatan Kerja yakni Wawasan IPTEK.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, khususnya tim dosen pembimbing dan pengajar mata kuliah Wawasan IPTEK yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan semangat kepada kami selama proses penyusunan makalah ini.
Dengan kerendahan hati, kami juga mengharapkan para pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun dalam penyempurnaan makalah kami. Harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi keluarga besar Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya Bidang Minat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

Manado, 24 Oktober 2016
       Penyusun,

      Kelompok 2




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Penulisan..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3
2.1 Manajemen Sistem Informasi Kebencanaan: Studi Kasus
Yogyakarta Tanggap Cepat Dalam Mengelola Informasi
Bencana Erupsi Merapi ..........................................................................................3
2.2 Hasil Pembahasan Studi Kasus .........................................................................10

BAB III PENUTUP.........................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................13
3.2 Saran.........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................14


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kegunaan teknologi informasi saat ini telah mencakup hampir di semua bidang ilmu, tidak terkecuali di bidang ilmu kesehatan masyarakat. Saat ini, perkembangan bidang teknologi sangat berkembang pesat terutama dalam dunia IT (Informatic Technology). Perkembangan dunia IT berimbas juga pada perkembangan berbagai macam aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang terkena efek perkembangan dunia IT adalah kesehatan dalam hal penanggulangan bencana.
Wilayah indonesia sangat rawan terhadap berbagai macam bencana baik alam maupun bencana yang disebabkan oleh manusia. Pada awalnya bencana hanya gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir dan kekeringan, tetapi belakangan ini banyak bencana disebabkan oleh manusia seperti kebakaran hutan, bencana yang disebabkan oleh industri dan yang lainnya. Berdasarkan tingkat dan jenis bencana yang terjadi di Indonesia, kebutuhan sumber daya manusia dalam menangani bencana dan kemampuan dalam menggunakan iptek geoinformasi masih sangat terbatas.
Manajemen informasi sistem merupakan penerapan sistem informasi di dalam organisasi untuk mendukung informasi di dalam organisasi untuk mendukung informasi-informasi yan dibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen. Kumpulan dari interaksi sistem-sistem informasi yang bertanggung jawab mengumpulkan dan mengolah data untuk menyediakan informasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen di dalam kegiatan pelaksanaan dan pengoendalian. SIM selalu berhubungan dengan pengolahan informasi yang didasarkan pada komputer computer-based information processing (Jogiyanto, 1990). Berdasarkan latarbelakang di atas,  maka makalah ini selanjutnya akan membahas tentang Manajemen Sistem informasi Kebencanaan di Jogja Tanggap Cepat di Yogyakarta.



Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang melatarbelakangi penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
Apa yang dimaksud dengan manajemen sistem informasi kebencanaan?
Bagaimana hasil studi kasus manajemen sistem informasi kebencanaan di Yogyakarta?
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan manajemen sistem informasi kebencanaan.
Untuk mengetahui dan memahami hasil studi kasus manajemen sistem informasi kebencanaan di Yogyakarta.


BAB II
PEMBAHASAN


Manajemen Sistem Informasi Kebencanaan: Studi Kasus Yogyakarta Tanggap Cepat Dalam Mengelola Informasi Bencana Erupsi Merapi
Indonesia sebagai negara rawan bencana karena terletak di tiga lempeng tektonik aktif yakni lempeng Eurasia, lempeng hindia-australia, lempeng pasifik dan termasuk kawasan Ring Of Fire letusan gunung api. Dengan beragamnya bencana yang ada di dindonesia, baik yang disebabkan oleh faktor alam, non-alam maupun bencana sosial, maka indonesia dapat dijadikan sebagai „laboratorium bencana‟. Siklus manajemen bencana, pada visi, misi BNPB dan sistem nasional penanggulangan bencana. Prioritas manajemen bencana adalah pengembangan kapasitas penanggulangan bencana, antara lain melalui penddikan dan pelatihan, riset dan iptek, serta penerapan teknologi dalam penanggulangan bencana agar lebih efektif (Muslih, 2014).
Pada proses penanggulangan bencana alam, kebutuhan tidak hanya pada aspek logistik, akomodasi dan transportasi, kesehatan atau pakaian. Akan tetapi kebutuhan terhadap sistem informasi pada pada proses penanggulangan bencana berbasis manajemen, sangat dibutuhkan untuk memudahkan melakukan kerja operasional yang sistematis dan terkontrol dengan baik. Untuk itu manajemen sistem informasi kebencanaan menjadi mutlak diterapkan (Jogiyanto,1990).
Sistem informasi manajemen yang merupakan suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang sama. Para pemakai biasanya membentuk suatu entitas organisasi formal, perusahaan atau sub di bawahnya. Informasi menjelaskan perusahaan atau salah satu sistem utamanya mengenai apa yang terjadi di masa lalu, apa yang terjadi sekarang dan apa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Informasi tersebut tersedia dalam bentuk laporan periodik, laporan khusus dan ouput. Ouput informasi digunakan oleh manajer maupun non manajer dalam lembaga saat mereka membuat keputusan untuk memecahkan masalah.
Sistem informasi manajemen di dalam perancangan, penerapan dan pengoprasiannya sangat mahal  dan sulit. Kegiatan utama dari semua sistem informasi, yaitu menerima data sebagai masukan (input) kemudian memprosesnya dengan melakukan penghitungan, penggabungan unsur data, pemutakhiran   dan   lain-lain,  akhirnya memperoleh informasi sebagai keluarannya (output). Perubahan data menjadi informasi dilakukan oleh pengolah informasi. Pengolah informasi   dapat   meliputi   elemen-elemen komputer, non-komputer atau kombinasi keduanya (Jogiyanto,1990).
Pengertian Manajemen
Selanjutnya bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu, pertama manajemen sebagai suatu proses, kedua manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen, ketiga manajemen sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (science) (Terry,1993).
     Menurut pengertian yang pertama yakni manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata warna definisi manajemen menurut pengertian yang pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi. Dalam encylopedia of the social science dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi. Menurut pengertian ayng kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen.
     Menurut pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (art) atau suatu ilmu pengetahuan. Mengenai inipun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat, segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah seni dan segolongan yang lain mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu. Sesungguhnya kedua pendapat itu sama mengandung kebenarannya.
     Terry, (1993) menyimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orangorang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalam kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.
     Menurut Follet, (1996) manajemen adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang perlu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri. Itulah manajemen, tetapi menurut Stoner bukan hanya itu saja. Masih banyak lagi sehingga tidak ada satu definisi saja yang dapat diterima secara universal. Menurut Stoner, manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sistem Informasi
Di dalam pengolahan sistem pada akhirnya menghasilkan suatu informasi, untuk itu pendefinisian informasi diperlukan untuk menunjang berhasilnya pengembangan sistem yang akan dirancang. Definisi umum untuk informasi dalam sistem informasi menurut Jogiyanto, informasi adalah “data yang dapat diolah yang lebih berguna dan berarti bagi yang menerimanya”.
     Sedangkan menurut Murdik, informasi adalah Data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang berarti bagi menerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendatang. Jadi informasi adalah data yang diproses kedalam bentuk yang lebih berarti bagi penerima dan berguna dalam pengambilan keputusan, sekarang atau untuk masa yang akan datang.
Informasi dalam suatu lingkungan sistem informasi memiliki beberapa ciri-ciri yaitu:
Benar atau salah, ini dapat berhubungan dengan realitas atau tidak bila penerimaan informasi yang salah dipercayai mengakibatkan sama seperti benar.
Baru, informasi dapat sama sekali baru dan segar bagi penerimanya.
Tambahan, informasi dapat memperbaharui atau memberikan tambahan baru pada informasi yang telah ada.
Korektif, informasi dapat menjadi suatu korektif atas informasi yang salah.
Penegasan, informasi dapat mempertegas informasi yang telah ada, ini berguna karena meningkatkan persepsi penerimanya atau kebenaran informasi tersebut.
     Informasi dapat dikatakan berkualitas apabila telah memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
Informasi harus akurat dan jelas, yaitu informasi yang tidak mengandung keraguan-keraguan, sama maksudnya yang disampaikan dengan yang menerima, bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak menyelesaikan, harus menjelaskan dan mencerminkan maksudnya atau dengan kata lain tidak menimbulkan pertanyaan bagi penerima informasi tersebut.
Up to date (tepat waktu), yaitu informasi tersebut datang ke penerima tidak terlambat karena informasi yang tidak tepat waktu sudah tidak mempunyai nilai.
Informasi harus relevan, yaitu informasi itu diterma bagi orang yang membutuhkan atau bermanfaat bagi yang menerimanya.
     Beberapa perangkat pendukung dari sistem informasi dan komunikasi data diantaranya adalah: internet (interconnected network), adalah sistem komunikasi global yang menghubungkan komputer-komputer dengan jaringan-jaringan komputer di seluruh dunia.
     Berdasarkan definisi tersebut maka dapat diambil kata kunci yaitu komputer dan jaringan. Internet merupakan salah satu media penyampaian informasi yang dapat diakses dimanapun di seluruh dunia. Bila memiliki komputer minimal prossesor 486, windows 95, modem dan line telepon, maka anda sudah bisa bergabung dengan ribuan juta computer lain dari seluruh dunia dan mengakses harta karun informasi di internet. Media yang sering digunakan dalam internet adalah web browser, search engine, email.
     Sementara komputer berasal dari bahasa lain, computare yang artinya menghitung. Secara definisi komputer diterjemahkan sebagai sekumpulan alat elektronik yang saling bekerja sama, dapat menerima data (input), mengolah data (proses), dan memberikan informasi (output) serta terkoordinasi di bawah kontrol program yang tersimpan di memorinya.
     Dalam sistem informasi juga meniscayakan perangkat pendukung yang membantu proses komunikasi verbal maupun non verbal seperti, aplikasi jaringan komputer, komunikasi antar pemakai komputer, publikasi atau eksplorasi informasi, dan sistem informasi on-line. Setelah perangkat tersebut terpenuhi maka yang perlu diperhatikan dalam sistem informasi adalah basis data yang nantinya akan dipublikasikan sebagai hasil kerja dari sistem informasi itu sendiri.
Kebencanaan
Indonesia terletak pada pertemuan lempeng tektonik aktif, jalur pegunungan aktif, dan kawasan beriklim tropik. Di tengah kondisi itu menjadikan sebagian besar wilayahnya rawan terhadap bencana alam. Jumlah korban bencana tergolong sangat tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain. Data terakhir menunjukkan adanya peningkatan, baik dalam hal jenis bencana, jumlah kerugian, dan jumlah korban jiwa. Belum lagi jumlah korban kerusuhan social (social unrest) di Ambon, Pontianak, Aceh dan Palu; yang jumlahnya sulit diketahui secara pasti akibat sumber data yang tidak seragam. Kesimpangsiuran data yang berkaitan dengan bencana merupakan tantangan yang harus segera diatasi (UNDIP, UNDRO program pelatihan manajemen bencana,1992 ).
     Berdasarkan teori dan konsep manajemen bencana (disasters management) yang meliputi beberapa tahapan yaitu: tahap tanggap darurat (response phase), tahap rekonstruksi dan rehabilitasi, tahap preventif dan mitigasi, dan tahap kesiapsiagaan (preparedness):, maka upaya penanggulangan bencana harus didukung oleh suatu sistem informasi yang memadai.
      Sistem  ini diharapkan mampu untuk: (1) meningkatkan kemampuan perencanaan penaggulangan bencana bagi semua mekanisme penaggulangan bencana, baik pada tingkat pusat maupun daerah pada semua tahap penaggulangan bencana; (2) mendukung pelaksanaan pelaporan kejadian bencana secara cepat dan tepat, termasuk di dalamnya proses   pemantauan   dan   perkembangan  kejadian   bencana;   dan  (3) memberikan informasi secara lengkap dan aktual kepada semua pihak yang terkait dengan unsur-unsur penanggulangan bencana   baik  di Indonesia maupun negara asing melalui fasilitas jaringan global.
     Dalam sebuah dokumen terbaru yang diterbitkan oleh United Nation Development Programme (UNDIP) di Amerika Serikat, bencana didefinisikan sebagai situsi krisis sosial yang terjadi ketika sebuah fenomena fisik, sosial-alam antropogenik asal alam dan dampak negatife masyarakat yang rentan, menyebabkan seara serius dan meluas dengan intens mengakibatkan gangguan fungsi normal dari sebuah unit sosial yang terkena dampak.
     Istilah bencana alam sudah menjadi hal biasa masyarakat Indonesia yang tidak lagi mempunyai konotasi buruk apalagi di Yogyakarta, sebab bencana alam dapat didefinisikan sebagai dampak bahkan ekses dari kekuatan alam yang tidak dapat dibendung oleh kekuatan manusia. Seperti: gempa bumi, tanah longsor, banjir, angin putting beliung, lahar dingin, bahkan awan panas akibat erupsi merapi dan masih banyak bencana lainnya yang menyebabkan penderitaan sebagian ummat manusia, atau bencana alam diartikan sebagai aktivitas alam yang dapat menciptakan kebutuhan manusia, dimana saat korban bencana alam tidak bisa lagi meringkan bebannya sendiri tanpa pertolongan orang lain.
     Di negara maju dan berkembang, masalah bencana alam sudah merupakan bagian penting untuk dipikirkan, sehingga dikenal dengan istilah “manajemen bencana” semua kegiatan menyangkut bencana alam sudah dipersiapkan dengan baik, mulai peringatan secara dini sampai Dengan tindakan pemulihannya.   Diperlukan  penanganan secara holistic dan bukan sebagai masalah tunggal. Ini adalah komponen penting dari setiap kerangka   pembangunan.
Konsep Manajemen Sistem Informasi
Sistem Informasi Manajemen (SIM) bukan   sistem   informasi keseluruhan, karena tidak semua informasi di dalam organisasi dapat dimasukkan secara lengkap ke dalam sebuah sistem yang otomatis. Aspek utama dari sistem informasi akan selalu ada di luar sistem komputer (Jogiyanto,1990).
     Menurut Jogiyanto, (1990) Pengembangan SIM canggih berbasis komputer memerlukan sejumlah orang yang berketrampilan tinggi dan berpengalaman lama dan memerlukan partisipasi dari para manajer organisasi. Banyak organisasi yang gagal membangun SIM karena:
Kurangnya organisasi masyarakat yang legal-formal.
Kurangnya perencanaan yang memadai dalam organisasi sosial.
Kurang personil atau anggota organisasi masyarakat yang handal di bidangnya.
     Kurangnya partisipasi manajemen dalam bentuk keikutsertaan para manajer dalam merancang sistem, mengendalikan upaya pengembangan sistem dan memotivasi seluruh personil yang terlibat. SIM yang baik adalah SIM yang mampu menyeimbangkan biaya dan manfaat yang akan diperoleh artinya SIM akan menghemat biaya, meningkatkan pendapatan serta tidak terukur yang muncul dari informasi yang sangat bermanfaat. Organisasi harus menyadari apabila mereka cukup realistis dalam keinginan mereka, cermat dalam merancang dan menerapkan SIM agar sesuai keinginan serta wajar dalam memiliki kemampuan pelaporan dan menentukan batas biaya dari titik manfaat laporan harus dirancang agar sesuai yang akan diperoleh, maka SIM yang dengan bentuk tertentu (Jogiyanto, 1990 ).
     Menurut Sutrisno, (1987)  Secara teoritis komputer bukan prasyarat mutlak bagi sebuah SIM, namun dalam praktek SIM yang baik tidak ada tanpa bantuan kemampuan pemprosesan komputer. Prinsip utama perancangan SIM yakni harus dijalin secara teliti agar mampu melayani tugas utama. Tujuan sistem informasi manajemen adalah memenuhi kebutuhan informasi umum semua manajer dalam perusahaan atau dalam sub unit organisasional perusahaan SIM menyediakan informasi bagi pemakai alam  bentuk  laporan  dan  output  dari berbagai  simulasi  model  matematika. Pengetahuan   tentang  potensi  kemampuan sistem  informasi  yang dikomputerisasi akan memungkinkan seorang manajer secara  sistematis menganalisis masing-masing tugas organisasi dan menyesuaikannya dengan  kemampuan komputer.
Hasil Pembahasan Studi Kasus
Dalam konteks ini, teknologi informasi dan komunikasi berpotensi memainkan peran penting dalam bencana, mitigasi pencegahan dan manajemen. Penginderaan jauh untuk peringatan dini dimungkinkan oleh berbagai teknologi yang bersedia, termasuk satelit telekomunikasi, telemetri radar dan meteorologi.
     Teknologi Komunikasi dan Informasi mencangkup baik media tradisional (radio, televisi) serta media baru (siaran seluler, internet, radio satelit), yang semuanya dapat dimainkan peran penting dalam mendidik masyarakat tentang resiko bencana potensial atau yang akan datang. sebelum terjadinya bencana, Teknologi Komunikasi dan Informasi digunakan sebagai saluran untuk menyebarkan informasi mengenai bencana yang akan datang. Sehingga memungkinkan untuk mengambil tindakan pengamanan yang diperlukan untuk mengurangi dampak dari bencana. agar ini menjadi mungkin, adalah penting bahwa akan ada konsistensi dalam penerapan sistem informasi dan penyebaran pesan peringatan ke daerah-daerah beresiko. Penyebarluasan peringatan tersebut harus luas dan baru mendidik masyarakat tentang potensi resiko terhadap masalah bencana.
     Sistem peringatan tidak akan pernah dapat benar-benar efektif tanpa komponen pendidikan, selanjutnya, JTC memainkan peran penting dalam memfasilitasi proses rekonstruksi dan dalam mengkoordinasi kembalinya warga yang mengungsi akibat bencana kerumah asli mereka dan masyarakat. Kegiatan pengelolaan bencana, setelah terjadi bencana bisa dibuat lebih efektif dengan menggunakan sisitem informasi yang tepat (misalnya penggunaan komunikasi internet), mengumpulkan barang-barang penting bagi para korban. Dan penggalangan dana nasional dan internasional.
     Sejalan dengan ini, setelah terjadi erupsi gunung merapi di Yogyakarta, Jogja Tanggap Cepat bekerjasama dengan pemerintah daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan di dukung oleh XL Axiata membangun sebuah program “Java Semesta” sebuah program yang berbasis ICT dan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.
     Dalam program ini akan dibuat sebuah system pengumpulan data, pengolahan data dan informasi yang digunakan dalam management informasi bencana alam berbasis partisipasi masyarakat. Diharapkan sistem ini dapat memainkan peran yang efektif dalam meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana alam, bahkan berusaha mengasosiasikan kesiap siagaan masyarakat terhadap bencana alam sekaligus menyebarkan kendaraan untuk memanfaatkan berbagi alat-alat Teknologi Komunikasi dan Informasi, dan cara terbaik untuk menggunakan perangkat Teknologi Komunikasi dan Informasi yang berhasil melawan ancaman bencana alam.
     Dari berbagai pengalaman terbaru menunjukan bahwa tidak ada wilayah di indonesia yang tidak bediri dibawah ancaman bencana, meskipun wilayahnya mungkin terancam hanya dilevel aman berbeda dengan wilayah yang sangat rawan artinya tidak menuntut kemungkinan untuk melakukan kesiapsiagaan bencana, dan hal ini bukan lagi pilihan, itu sudah menjadi kewajiban tanpa memandang dimana wilayah itu berada, atau hidup.
     Sehingga menjadi sangat penting bagi pemerintah Daerah atau siapapun juga yang turut serta dalam kegiatan penanggulangan bencana, mengidentifikasikan, mengetahui peta sebaran, peta kebutuhan logistik, dan sebagainya. Selain itu informasi juga dapat digunakan untuk mengelola dampak sosial yang ditimbulkan.
     Untuk kembali bersama-sama membangun Yogyakarta, sudah selayaknya pemerintah daerah membebaskan berbagai aktivitas yang sifatnya pemerintah daerah membebaskan berbagai aktivitas yang sifatnya promosi dan branding dalam bentuk iklan layanan masyarakat. Hal tersebut, imbuh Indro, sebagai penyemangat bagi kita semua khususnya para korban bencana. Bila perlu, kata Indro, pemerintah daerah juga membebaskan segala biaya bagi rekan-rekan media nasional yang datang ke Yogyakarta untuk memberikan informasi yang positif tentang Yogyakarta yang kemudian dapat disisarkan keluar Yogyakarta.
     “Media nasional bias bekerja sama menginformasikan yang penting dan positif disiarkeluar. Mari kita rangkul untuk menyiarkan hal-hal yang positif”, katanya. Untuk membangun kembali cara positif Yogyakarta, pihaknya sudah di berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata. Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Wilayah Yogyakarta, serta PT Telkom Indonesia. Kerjasama ini akan mewujudkan membentuk website khusus yang berisi segala pariwisata tentang Yogyakarta serta informasi lainnya. Upaya ini diharapkan bias ngatrol sektor pariwisata di kota Budaya ini (wawancara dengan koordinator JTC Indro Suseno 25-11-2011).
     Pasalnya, akibat bencana alam yang terjadi di Yogyakarta, jumlah pengunjung kota Yogyakarta mengalami penurunan. Tidak hanya itu, salah satu dampaknya adalah penurunan jumlah mahasiswa dan jumlah perguruan tinggi swasta (PTS). Dalam studi kasus ini dapat dipelajari bahwa JTC dapat mengelola informasi yang demikian oleh masyarakat (Kelompok perguruan tinggi, kelompok perhotelan) dan komunitas yang lainnya yang digunakan sebagai dasar untuk mencari jalan menuju pemulihan keadaan, dari data ini juga dapat diketahui tentang kerugian tidak langsung yang dihadapi masyarakat dalam persoalan bencana erupsi merapi.



BAB III
PENUTUP


Kesimpulan

Dalam bencana apapun, kebutuhan akan informasi menjadi sangat kritis. Pada saat Bencana Alam erupsi Merapi di Yogyakarta tahun 2010, e-mail dan SMS berisikan pertanyaan mengenai kondisi wilayah, kondisi korban mencari sanak saudara, mencari bantuan, mencari pertolongan. Di sisi lain, para relawan yang berusaha membantu juga tidak kalah pusingnya mencari lokasi yang membutuhkan pertolongan, mencari alamat tempat pengiriman bantuan, pengiriman makanan, obat-obatan, mencari lokasi bencana, menemukan penampungan pengungsi semua serba simpang siur tidak ada sumber informasi yang terpusat, tidak ada komunikasi yang reliable.
Jogja Tanggap Cepat merupakan sebuah gerakan masyarakat sipil yang ikut prihatin terhadap peristiwa erupsi gunung merapi, dengan filosofi dan semangat solidaritas untuk saling berbagi dan mempedulikan sesama. Munculnya kebersamaan hati, pikiran dan gerak nyata melihat dampak jangka panjang Erupsi Gunung Merapi.  Jogja Tanggap Cepat (JTC) merupakan gerakan kolekti-koloboratif buah dari jaringan kerja bersama sejumlah elemen masyarakat Yogyakarta yang berupaya memberikan persembahan terbaik bagi kotanya.

Saran

Diharapkan dengan berkembangnya teknologi dibidang kesehatan terutama kesehatan masyarakat dalam hal penanggulangan bencana, serta semakin majunya teknologi, informasi dan komunikasi (ICT), namun dalam kenyataannya aplikasi manajemen bencana berbasis sistem informasi/IT belum banyak dilakukan, sehingga JTC mengambil inisiatif dalam penanggulangan bencana erupsi merapi yang terjadi di Yogyakarta, dengan memanfaatkan sistem informasi sebagai sarana untuk membantu korban dan mengatur proses penyaluran bantuan agar tepat sasaran.


DAFTAR PUSTAKA

Follet. 1996. Manajemen. Jakarta Yayasan Obor Indonesia
Permana, Septian. 2015. Manajemen Sistem Informasi Kebencanaan: Studi Kasus
Jogja Tanggap Cepat Dalam Mengelola Informasi Bencana Erupsi Merapi, (online), (https://www.repository.upy.ac.id, diakses pada tanggal 23 Oktober 2016)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar